Saat
terpisah, imajinasi adalah penghubung antara dua jiwa yang saling
mencintai. Itu sebabnya, kerinduan menghasilkan janji-janji untuk
memuliakan satu sama lain, yang belum tentu dipenuhi saat bertemu.
Cinta yang sedang terpisah, biasanya memang lebih mesra daripada yang
dekat. Karena, Imajinasi cenderung membesarkan hanya yang indah dan
membutakan diri dari yang akan mengecewakan. Cinta yang dekat dan
mesra, sering terbukti hambar setelah pernikahan. Maka lebih
berhati-hatilah saat cintamu terpisah jarak. Imajinasi cinta
cenderung melebih-lebihkan keindahan.
Benarkah demikian adanya? Bagaimana jika aku merindukannya? Mungkin aku akan berkata:
"Ya Allah, jika KAU halalkan aku merindukan dirinya, jangan biarkan aku melampaui batas hingga membuatku lupa akan hakikat cinta abadi untukMU, hanya kepadaMU aku bersimpuh hanya kepadaMU aku bersujud hanya kepadaMU aku memohon ampun atas dosaku dan dosanya..."
Salahkah untuk mengharapkan kehadirannya di sisi? Atau mungkin lebih tepatnya, berdosakah jika aku menyayanginya?
Hati yang bimbang..., bisikkanlah Alloh Yang Maha Benar, "Aku datang berserah kepada-Mu karena telah letih ku bernafas dalam rasa khawatir dan takut akan ketidak-pastian ini. Alloh kecintaan hidupku, sesungguhnya kedamaianku hanya seperkasa keberserahanku kepada kekuasaan-Mu. Aku mohon Engkau menegaskan hatiku untuk menetapkan pilihanku, yang walau tepat atau tidak, adalah jalan menuju kebaikan hidupku".
Sesungguhnya,
bukan kesalahan yang membuat kita kesal kepada diri sendiri, tapi
kecenderungan untuk membuat kesalahan yang sama. Karena memang,
Membuat kesalahan adalah manusiawi, tapi belajar dari sebuah
kesalahan untuk TIDAK mengulanginya, adalah kualitas manusia di atas rata-rata. Membuat kesalahan yang sama adalah tanda lambannya
pendewasaan diri, cara memperpanjang kesulitan dan menunda
keberhasilan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar